Banyak aliran dalam komunitas Islam timbul tenggelam yang perlu dicermati dengan cerdas tidak cukup dengan dalil-dalil kering yang susah/sulit diterima oleh awam tentang doktrin Islam yang diturunkan Allah melewati Rasul-Nya.
Kultur Indonesia yang notabene “awam” terbiasa mudah menerima/menolak secara apriori.
Keturunan, warisan, struktur dan kultur yang relatif benar (tidak mutlak) menjadi penyebab.
Kelemahan penghayatan akan hal itu menyesatkan kearah cari metode pintas.
Keberagaman literature keislaman besar pengaruhnya.
Yang tidak boleh diijtihadi dalam keislaman harus diputuskan bersama berdasar sumber asli (Rasulullah SAW) sehingga Islam adalah kepastian yang mutlak.
Mayoritas tidak boleh berbuat dholim kepada minoritas demikian juga minoritas tidak boleh dholim terhadap mayoritas.
Menjadi alat meninggalkan dan menanggalkan syari`ah.
Ulama/dai/pembina ummat harus punya kekuatan hukum untuk meluruskan, melarang penyesatan, pembodohan oleh bangsa yang tak bernegara negara yang tak berbangsa; bangsa yang bermodal tak bermoral dan bangsa yang bermoral tak bermodal. Anti syari`ah, anti fithroh.
Medan perjalanan penegakkan syari`ah tetap selamanya akan menghadapi halangan dan hadangan. Itu indahnya perjuangan.
Hak Proteksi Doktrin Islam adalah mutlak perlu!
Solusi Tambahan:
- Memfungsikan kontinuitas pembinaan:
1. Pemuda.
2. Guru/ Pendidik.
3. Keluasan Ilmu.
4. Hukum.
Dalam kehidupan!
- Mencurigai dirinya sendiri!
- Mewaspadai:
عالم فاجر!
عابد جاهل!
Dari manakan belajar agama Islam:
1. Nash Ayat.
2. Nash Hadits.
3. Bahasa Arab.
4. Sejarahnya.
5. Penafsirannya.
Harus urut, tidak terbalik atau dibalik. Orang-orang awam kebanyakan belajar dari:
1. Kenyataan.
2. Sejarah.
3. Nash
Sebagai contoh ada sebuah dialog antara seorang alumni ketika mengantarkan 2 orang tamunya yang berasal dari barat, mereka melihat seorang wanita penggembala yang bercadar, maka terjadilah dialog berikut:
Thn 1984 Manager operasi John Carry Inggris dan Ding Razon, Philiph selalu menghina wanita penggembala badui yang pakai cadar, mereka bilang wanita itu primitif dan un civilized. Setiap kami lewat wanita itu dengan mobil karyawan John and Ding selalu menghina dengan kata-kata primitive and uncivilized, beberapa hari kemudian ana merasa tersinggung karena ana merasa bahwa wanita itu adalah saudari saya.
Dikantor ana Tanya john: “John, di Indonesia bagian timur/ irian ada suku yang masih telanjang karena mereka gak bisa buat bahan pakaian, tentu mereka primitive and uncivilized?”
Dia jawab: “Tentu. Kalo orang yang sudah bisa buat bahan pakaian dan berbusana tentu modern. Dia jawab tentu”.
Ana tanya lagi: “Kalau orang sudah bisa buat bahan pakaian tetapi dia telanjang anda akan sebut dia dengan sebutan apa?”
Dia bilang: “Crazy.”
Kemudian ana berargumen kalau begitu, kalian orang barat adalah “crazy” karena kalian bisa buat bahan pakaian tetapi kalian telanjang. Kalian telanjang di pantai, di gedung, di taman, bahkan di pasar.
Kemudian ana lanjutkan: “Orang barat itu crazy, orang Irian primitive sedang wanita yang sering kita lewati itu adalah orang yang modern dan civilized.”
Merekapun diam sejak itu mereka tidak lagi komentar tentang wanita itu.
Siapa yang BERHAK dan sekaligus BERKEWAJIBAN menentukan hukum dan memvonis ADIL atau TIDAK ADIL? AWAAM/ BODOH tentang KEISLAMAN?
Ada istilah “kita ini jangan menentang arus”, maka harus kita fikirkan lagi, siapa yang jadi arus? Dan siapa yang menentang. KITA ini adalah ARUS YANG BESAR. Pondok Pesantren harus berani menentang Arus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar